CONTOH NASKAH DRAMA

Selasa, 20 November 2012


 BATU MENANGIS

Alkisah, di sebuah desa terpencil di daerah Kalimantan Barat, Indonesia, hiduplah seorang janda tua yang bernama ibu Darmi dengan tiga orang putrinya yang cantik jelita, mereka bernama Laras, dan Dewi, Mereka tinggal di sebuah gubuk yang terletak di ujung desa.  Sejak ayah mereka meninggal, kehidupan mereka menjadi susah. Ayah mereka tidak meninggalkan harta warisan sedikit pun. Untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka, ibu Darmi bekerja di sawah atau ladang orang lain sebagai buruh upahan..
Sementara, putri sulungnya Laras, ia bersifat sangat jauh berbeda dengan kedua adiknya. Dia bersifat sombong, congkak dan durhaka. Selain itu, ia juga seorang gadis yang malas. Kerjanya hanya bersolek dan mengagumi kecantikannya di depan cermin. Ia sama sekali tidak mau membantu ibunya mencari nafkah. Setiap kali ibunya mengajaknya pergi ke sawah, ia selalu menolak.


Laras               : “hmmmmm… Aku memang perempuan tercantik di negri ini !!! (sambil berkaca )yayaya… benarkan adikku sayang….?” ( menoleh  centil kepada adiknya (Dewi)          yang sedang menyapu, lalu mndekat) “ yaa.. tidak      seperti kamu, yang udikkk ..( mengangkat dagu Dewi dan mendorongnya ) “hahaha”
Dewi                : “Iya kak,  kakak sangatlah cantik, andai kakak lebih bisa membantu ibu, pasti kakak akan terlihat lebih cantik.( duduk, dan berhenti menyapu)
Laras               : “Apa maksudmu??(melotot) …Katakan sekali lagi !!!  (menjambak)..
Dewi                          : “Adduhh!! (kesakitan) Iya kak, maafkan aku..           maafkan aku.. Kakak memang cantik, bahkan tetap         cantik meski kakak tak membantu ibu, maafkan aku       kak…(masih  di jambak oleh laras)
Laras                         : “(melepaskan jambakannya)” hhuhhh…yayayaa… aku maafkan!! Tapi, ingatt!! Jika kau mengulanginya lagi,        aku     akan lebih daripada ini..!!!(membentak , kembali berkaca)


Kemudian laras meninggalkan adiknya, dan kembali mengagumi kecantikannya di depan cermin. Ia sama sekali tidak mau membantu ibunya mencari nafkah. Setiap kali ibunya mengajaknya pergi ke sawah, ia selalu menolak.

Ibu                  : “”Nak! Ayo bantu Ibu bekerja di sawah,(”ajak sang ibu.)
Laras               : “Ke sawah??  Aku tidak mau, nanti kuku dan kulitku                   kotor terkena lumpur. Pergi saja sana bersama Dewi. Aku
                             tidak mau
                                    Ibu                 :”Laras, memangnya kenapa kalau kuku dan kulitmu terkena lumpur? Dewi saja yang setiap hari membantu ibu pergi kesawah terkena lumpur, Alhamdulillah sampai sekarang ia baik baik saja.
Laras               : “Aku bilang tidak , ya tidak !!! aku tidak mau pergi                     ke sawah .. ibu tidak usah samakan aku dengan si Dewi.
Sudah sudah Ibu saja yang pergi sana sama si Dewi wah, karena tidak mungkin lagi ada laki-laki yang tertarik pada wajah Ibu yang sudah keriput itu,”        (Laras dengan ketus)
Ibu                  : (duduk sambil mengusap dada,lemas)….
Dewi                : “ Kakak, tidak seharusnya kakak bicara seperti itu,          jika kakak tidak ingin ikut pergi membantu ibu ke                      sawah.. ya sudahh tidak usah bicara seperti itu.. (                            sedikit keras )
Laras               : “Kauuu …!!!!! ( menunjuk, mendorong Dewi dan pergi                     meninggalkan semuanya)..
Dewi                : “Ibu, ibu tidak apa apa,,, ?? (merangkul )
Ibu                  : “Sudah, sudah, ibu tidak apa-apa, ayo kita pergi                         kesawah..nanti keburu siang.. (berdiri)
Dewi                :”Ibu, kalau ibu tidak kuat biar Dewi saja yang pergi         ke sawah, ibu istirahat saja di rumah, ,, (mengajak duduk)
Ibu                  : “Tidak Dewi, (mengusap kepala Dewi )Ibu baik baik                   saja.. Ayo kita pergi(berdiri kembali, dan pergi kesawah).

Setelah ibu dan kedua adiknya pergi ke sawah, Laras pun kembali ke rumah, saat ia ingin kembali mempercantik wajahnya, ternyata alat alat kecantikan yang ia miliki sudah habis, Laras merasa kesal, yang ia lakukan hanya mondar mandir tak karuan, ia pun terlelah sampai tertidur.

Laras               :” Huuggghhh… Alat-alat kecantikan ku sudah habis,                      (memeriksa alat kecantikannya) kalo begini, bagaimana            bisa aku menjadi wanita tercantik di negri ini.. aku                               harus segera membelinya, ( Dengan kesal ia menunggu                   ibunya sampai tertidur)

Hari sudah menjelang siang,Laras pun terbangun dari tidurnya,, ia teringat dengan alat-alat kecantikannya yang sudah habis, tak lama kemudian  ibu dan kedua adiknya datang. Tanpa basi basi Laras langsung menghampiri ibunya yang baru sampai di pintu dan masih terlihat lelah.

Laras               :”Bu!! Alat alat kecantikan ku sudah habis, ibu harus                     segera membelikan yang baru, ??
Dewi                :”Kak, ibu baru saja pulang, seharusnya kakak bisa                       lebih menghargai ibu,,
Ibu                  :”Laras, ibu masih lelah, besok saja ya, pasti ibu                           belikan…(duduk menghela nafas)
Laras               :”Tidak bu !! ( membentak ibu ) aku ingin sekarang…
Dewi                :”Kakak.. !!!( kesal terhadap kakaknya )
Ibu                  :”Sudah Tak apa apa Dewi, biar ibu beli sekarang                         (bicara kepada dewi) tapi Laras, ibu tak tahu alat                            kecantikan seperti apa yang kamu maksud,kamu harus                     ikut.
                             Laras               :”Ya..aku mau ikut ke pasar,tapi dengan syarat Ibu,Dewi,dan Dewi harus berjalan di belakangku”.(menunjuk satu persatu orang yang di sebutnya)
Dewi                :”Maksud kakak??” (heran)
Laras               :”Iya..kalian berjalan di belakangku. aku malu                              berjalan sejajar bersama kalian”.
Dewi                :”Kenapa harus malu, Kak? Bukankah kita ini keluarga                   kandung?”
Laras               :”kalian seharusnya berkaca. lihat saja wajah kalian                      yang tak terurus dan pakaian kalian pun sangat kotor             sekali.apalagi ibu,sudah keriput,bau.jelas aku malu!” (                  sombong )

Walaupun sedih, sang Ibu pun menuruti permintaan putrinya. Setelah itu, berangkatlah mereka ke pasar secara beriringan.
       Laras berjalan di depan, sedangkan Ibunya mengikuti dari berlakang deign membawa keranjang. Meskipun mereka satu keluarga, penampilan mereka kelihatan sangat berbeda. Seolah-olah mereka bukan keluarga yang sama. Lars starlight antic deign pakaian yang bagus, sedangkan sang Ibu dan kedua adiknya kelihatan sangat kusut, deign pakaian yang sangat kotor.
      Di tengah perjalanan, Laras bertemu deign temannya yang tinggal di kampung lain.


Juned              :”Hai laras…hendak kemana kamu? ( berjabat tangan           kepada Laras)”
Laras               :”ke pasar..(jawab laras pelan)”
Juned              :”Lalu, siapa orang di belakangmu itu? Apakah dia                         ibumu?” (sambil menunjuk orangtua yang membawa                            keranjang”).
Laras               :”Tentu saja bukan ibuku! Dia dan Mereka adalah pembantu pembantuku,” (jawab Laras deign nada sinis ).
Juned              :”Laras, sudah antic, baik pula, mau membawa pembantu                pembantunya belanja…” ( seolah olah percaya deign             jawaban Laras tadi).
Laras               : (tersenyum dan kembali berjalan )
Dewi                :”Sabar ya bu..”(memeluk ibu)
                       Kakak!! Kenapa kakak bicara seperti itu pada                             dia. kami bukan pembantu! Dan ini ibu kak,bukan                    pembantu.” (sambil berjalan bicara pada kakaknya                                 sejajar )
Laras               :”Ssssyyuuutttt….jangan mempermalukanku!!” (menutup                 mulut Dewi dengan telunjuknya)

Laksana disambar petir ibu Darmi itu mendengar ucapan putrinya. Tapi dia hanya terdiam sambil menahan rasa sedih. Setelah itu, mereka pun melanjutkan perjalanan menuju ke pasar.

Sesampainya di pasar,seorang pedagang buah buahan menawarkan dagangannya kepada Laras, dengan ucapannya yang sedikit merayu.

pedagang buah  :”Ayo neng..buahnya..buahnya..!! ( menawari)                                 buahnya manis  maniiiis ko neng seperti neng”…. ( merayu)
Laras               :”Oh terima kasih…”( sambil memilih buah dan                     membelinya )..
Pedagang          :”silakan,,,,silakan….buahnya dijamin ko neng… Pasti manis             seperti pembelinya”.
Laras               :”Hai..pembantu pembantuku…bawalah buah ini “
Pedagang          :”Terima kasih neng…semoga neng tambah cantik…”
Laras               :”Ayo pembantu ku sekarang giliran ke tempat alat                       kecantikan..” ( sambil menepuk bahu ibunya))
Ibu                  : ( diam sejenak dan terjatuh )
Dewi                :”Ibuuu…ibu kenapa….??” (memeluk ibu )
                       Ada apa dengan ibu??” Ibu, ibu tidak apa apa??

Sang Ibu tetap saja tidak menjawab pertanyaan anaknya. Ternyata ia sedang berdoa kepada Tuhan agar menghukum anaknya yang durhaka itu. Laras melihat mulut ibunya komat-komit sambil menengadahkan kedua tangannya ke atas.

Laras               :”Heii !! ibu sedang apa?” (dengan nada                                                    membentak,menoleh kepada ibunya)
Doa sang ibu     :”Ya, Tuhan! Ampunilah hambamu yang lemah ini.                           Hamba sudah tidak sanggup lagi menghadapi sikap                         anak hamba yang durhaka ini. Berikanlah hukuman                           yang setimpal kepadanya!”




Beberapa saat kemudian, tiba-tiba langit menjadi mendung. Petir menyambar-nyambar dan suara guntur bergemuruh memekakkan telinga. Hujan deras pun turun. Pelan-pelan, kaki Laras berubah menjadi batu. Laras pun mulai panik.
Laras               :”Ibu...! Ibu... ! Apa yang terjadi dengan kakiku,                           Bu,? Adduuhhh kerass sekali bu”(tanya Laras sambil                        berteriak.)”Maafkan Laras, Maafkan Laras Bu! Bu                                   Laras tidak akan mengulanginya lagi, Bu!”(seru Laras                     semakin panik).

Sang ibu dan adiknya menangis melihat anak dan kakaknya berubah menjadi batu. Namun, apa hendak dibuat, nasi sudah menjadi bubur. Hukuman itu tidak dapat lagi dihindari. Gadis durhaka itu hanya bisa menangis dan menangis menyesali perbuatannya. Sebelum kepala anaknya berubah menjadi batu, sang Ibu masih melihat air menetes dari kedua mata anaknya. Semua orang yang lewat di tempat itu juga ikut menyaksikan peristiwa itu. Tidak berapa lama, cuaca pun kembali terang seperti sedia kala. Seluruh tubuh Laras telah menjelma menjadi batu. Batu itu kemudian mereka letakkan di pinggir jalan bersandar ke tebing. Oleh masyarakat setempat, batu itu mereka beri nama Batu Menangis.

0 komentar:

Posting Komentar